Pengendalian & Pemberantasan Lalat

Minggu, 26 Mei 2013

Pengendalian & Pemberantasan Lalat

A.     PENDAHULUAN
Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo diphtera, mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Lalat juga merupakan species yang berperan dalam masalah kesehatan masyarakat, yaitu sebagai vektor penularan penyakit saluran pencernaan seperti: kolera, typhus, disentri, dan lain lain. Pada saat ini dijumpai ± 60.000 – 100.000 spesies lalat, tetapi tidak semua species perlu diawasi karena beberapa diantaranya tidak berbahaya terhadap kesehatan masyarakat. Penularan penyakit dapat terjadi melalui semua bagian dari tubuh lalat seperti : bulu badan, bulu pada anggota gerak, muntahan serta faecesnya.
Dalam upaya pengendalian penyakit menular tidak terlepas dari usaha peningkatan kesehatan lingkungan, salah satu kegiatannya adalah pengendalian vektor penyakit. Pengendalian vektor penyakit merupakan tindakan pengendalian untuk mengurangi atau melenyapkan gangguan yang ditimbulkan oleh binatang pembawa penyakit, seperti lalat. Dalam melakukan pengendalian perlu juga dilakukan pengukuran tingkat kepadatannya dimana data ini dapat dipakai untuk merencanakan upaya pengendalian yaitu tentang kapan, dimana, dan bagaimana pengendalian akan dilakukan. Saat ini banyak sekali metode pengendalian lalat yang telah dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia. Prinsip dari metode pengendalian lalat adalah pengendalian itu dapat mencegah perindukan lalat yang dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan manusia.
Lalat banyak jenisnya tetapi yang paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah (Musca domestica), lalat hijau (lucilia seritica), lalat biru (Calliphora vomituria) dan lalat latirine (Fannia canicularis). Dari beberapa jenis yang disebutkan di atas lalat rumah sudah dikenal sejak lama sebagai pembawa penyakit. Lalat rumah ini tersebar merata di berbagai penjuru dunia.

1.      Siklus Hidup Lalat
Dalam kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai dari telur, larva, pupa dan dewasa. Pada beberapa jenis lalat telur-telur tetap dalam tubuh lalat dewasa sampai menetap dan baru kemudian dilahirkan larva.

Gambar 1. Siklus hidup lalat
Siklus Hidup Lalat, Lalat

Lamanya siklus hidup dan kebiasaan tempat bertelur bisa berbeda antara berbagai jenis lalat. Demikian pula terdapat perbedaan-perbedaan dalam hal suhu dan tempat hidup yang biasanya untuk masing-masing jenis lalat.

2.      Jenis-jenis Lalat
Ø  Lalat rumah = Musca domestica
Lalat jenis ini merupakan yang paling banyak terdapat di antara jenis-jenis lalat rumah. Karena fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit penyakit disertai jumlahnya yang banyak dan hubungannya yang erat dengan lingkungan hidup manusia, maka jenis lalat musca domestica ini merupakan jenis lalat yang terpenting ditinjau dari sudut kesehatan manusia. Dalam waktu 4-20 hari setelah muncul dari stadium larva, lalat betina sudah bisa mulai bertelur. Telur-telur putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm. Setiap kali bertelur diletakkan 75-150 telur. Seekor lalat biasanya diletakkkan dalam retak-retak dari medium pembiakan pada bagian-bagian yang tidak terkena sinar matahari.
Pada suhu panas telur-telur ini menetas dalam waktu 12-24 jam dan larva-larva yang muncul masuk lebih jauh ke dalam medium sambil memakannya. Setelah 3-24 hari, biasanya 4-7 hari, larva-larva itu berubah menjadi pupa. Larva-larva akan mati pada suhu yang terlalu panas. Suhu yang disukai ± 30-3500C, tetapi pada waktu akan menjadi pupa mereka mencari tempat-tempat yang lebih dingin dan lebih kering. Pupa berbentuk lonjong ± 7 mm panjang, dan berwarna merah coklat tua. Biasanya pupa terdapat pada pinggir medium yang kering atau didalam tanah. Stadium pupa berlangsung 4-5 hari, bisa juga 3 hari pada suhu 350C atau beberapa minggu pada suhu rendah. Lalat dewasa keluar dari pupa, kalau perlu menembus keluar dari tanah, kemudian jalan-jalan sampai sayap-sayapnya berkembang, mengering dan mengeras. Ini terjadi dalam waktu 1 jam pada suhu panas sampai 15 jam untuk ia bisa terbang. Lalat dewasa bisa kawin setiap saat setelah ia bisa terbang dan bertelur dalam waktu 4-20 hari setelah keluar dari pupa. Jangka waktu minimum untuk satu siklus hidup lengkap 8 hari pada kondisi yang menguntungkan. Lalat rumah bisa membiak disetiap medium yang terdiri dari zat organik yang lembab dan hangat dapat memberi makan pada larva-larvanya.
Medium pembiakan yang disukai ialah kotoran kuda, kotoran babi dan kotoran burung. Yang kurang disukai ialah kotoran sapi. Lalat rumah juga membiak di excreta manusia yang terdapat di kakus atau tempat-tempat lain, dan karena excreta manusia ini juga mengandung organisme patogen maka ia merupakan medium pembiakan yang paling berbahaya. Juga sludge dari air kotor yang digesti sempurna bisa menjadi medium pembiakan lalat rumah. Di samping itu sampah yang ditumpuk di tempat terbuka karena mengandung zat-zat organic merupakan medium pembiakan lalat rumah yang penting. Lalat rumah bisa terbang jauh dan bisa mencapai jarak 15 km dalam waktu 24 jam. Sebagian terbesar tetap berada dalam jarak 1,5 km di sekitar tempat pembiakannya, tetapi beberapa bisa sampai sejauh 50 km. Lalat dewasa hidup 2-4 minggu pada musim panas dan lebih lama pada musim dingin, mereka paling aktif pada suhu 32,50C dan akan mati pada suhu 450C. Mereka melampaui musim dingin (over wintering) sebagai lalat dewasa, dan berkembang biak di tempat-tempat yang relatif terlindung seperti kandang ternak dan gudang-gudang.

Ø  Lalat rumah kecil (jenis Fannia)
Lalat rumah kecil ini menyerupai lalat rumah biasa, tetapi ukuran mereka jauh lebih kecil. Mereka membiak di kotoran manusia dan hewan dan juga di bagian-bagian tumbuhan yang membusuk, misalnya di tumpukan rumput yang membusuk. Lalat kandang yang menggigit (= biting stable fly) = stomaxys caleitrans. Mereka menyerupai lalat rumah biasa, tetapi meraka mempunyai kebiasaan untuk menggigit. Tempat pembiakan hanya di tumbuhan-tumbuhan yang membusuk. Siklus hidupnya 21-25 hari. Jenis lalat ini tidak penting untuk tranmisi penyakit manusia tetapi mereka bisa memindahkan penyakit-penyakit pada binatang.

Ø  Bottle flies dan Blow flies
Jenis-jenis ini meletakkan telur-telur mereka pada daging. (Dalam hubungan ini mereka dikatakan mem ”bottle” atau ”blow” daging itu).
Jenis-jenis ini mencakup:
- Black blowfly (jenis Phormia)
- Green dan bonze bottle flies (jenis phaenicia dsb)
- Blue bottle flies (jenis Cynomyopsis dan Calliphora)
Jenis-jenis lalat ini lebih jarang masuk dalam rumah-rumah dan restoran-restoran daripada lalat rumah biasa, karena itu mereka dianggap tidak terlalu penting sebagai vektor penyakit manusia. Mereka biasanya membiak di bahan binatang yang membusuk, tetapi mereka juga bisa bertelur di tumbuhan-tumbuhan segar dan membusuk kalau tidak ada daging binatang. Siklus hidup jenis-jenis lalat ini sangat menyerupai siklus hidup lalat rumah biasa. Mereka juga dapat terbang jauh. Larva dari banyak jenis-jenis lalat ini menyebabkan myasis pada binatang dan manusia.

Ø  Lalat daging (Genus Sarcophaga)
Jenis-jenis lalat ini termasuk dalam genus Sarcophaga, artinya pemakan daging. Ukuran mereka besar dan terdapat bintik meraka pada ujung badan mereka. Larva dari banyak jenis-jenis lalat ini hidup dalam daging, tetapi pembiakan bisa juga terjadi dalam kotoran binatang. Beberapa jenis tidak bertelur tetapi mengeluarkan larva. Mereka jarang masuk dalam rumah-rumah dan restoran-restoran dan karena itu mereka tidak penting sebagai vektor mekanis penyakit manusia. Tetapi mereka bisa menyebabkan myiasis pada manusia.

Pemberantasan Lalat
Usaha pemberantasan lalat meliputi :
a) Tindakan penyehatan lingkungan
- Menghilangkan tempat-tempat pembiakan lalat
- Melindungi makanan terhadap kontaminasi oleh lalat
b) Membasmi larva lalat
c) Membasmi lalat dewasa
Usaha pemberantasan lalat harus merupakan salah satu program kesehatan lingkungan dari tiap-tiap Dinas Kesehatan Rakyat. Kadang-kadang perlu diadakan kampanye pembasmian lalat untuk menarik perhatian dan mendapatkan kerjasama serta bantuan masyarakat dalam sebuah ” Communiti fly controla program”.
Program semacam ini harus direncanakan dan dipersiapkan dengan seksama satu usaha kerjasama dari seluruh masyarakat karena usaha yang dilakukan secara individual tidak akan berhasil disebabkan jarak terbang lalat yang jauh. Untuk satu community fly-control program perlu terlebih dulu dilakukan survey pendahuluan yang meliputi seluruh daerah untuk mencari tempat-tempat pembiakan lalat yang ada dan yang potensiil bisa menjadi tempat pembiakan lalat. Juga perlu diselidiki fly density dari jenis-jenis lalat yang terpenting di daerah itu. Survey pendahuluan ini diperlukan untuk dapat menentukan luasnya daerah yang harus dikontrol maupun intensitas serta macam tindakan pemberantasan yang perlu diambil.
Tindakan-tindakan penyehatan lingkungan harus merupakan tindakan-tindakan pokok terpenting untuk pemberantasan lalat, karena penggunaan zat-zat kimia saja tidak dapat menggantikan usaha-usaha sanitasi. Hasil-hasil dari community fly-control program harus selalu dievaluasi dengan pemeriksaan fly-dencity pada waktu-waktu tertentu untuk menentukan effektivitas dari tindakan-tindakan pemberantasan yang dijalankan dan untuk menentukan dimana dan apabila tindakan-tindakan pemberantasan itu diperlukan. Untuk menentukan fly-density harus selalu dipakai alat dan cara yang sama supaya angka-angka dapat dipakai untuk perbandingan.
Fly grille” dapat dipakai untuk mengukur fly density. Untuk mengukur fly-dencity fly  grill diletakkan diatas umpan, misalnya sampah atau kotoran hewan, lalu dihitung jumlah lalat yang hinggap diatas scudder griil itu. Disamping menghitung jumlah dapat juga diperiksa jenis lalat. Kadang-kadang juga dipakai alat penangkap lalat. Ada banyak model penangkap lalat. Prinsipnya ialah lalat diumpan supaya masuk kedalam alat penangkap dan tidak bisa keluar lagi. Juga dengan cara ini bisa diukur kepadatan lalat (fly density) dan jenis-jenis lalat di satu daerah.
Community fly-control program harus dipimpin oleh Dinas Kesehatan Rakyat karena Dinas Kesehatan Rakyat yang mempunyai wewenang untuk mengambil tindakan-tindakan kalau perlu dan mempunyai hubungan langsung dengan perusahaanperusahaan, restoran-restoran dan instansi-instansi dalam hubungan dengan pengawasan kesehatan lingkungan.

Pembasmian Lalat Dewasa
Untuk membasmi lalat dewasa bisa dilakukan penyemprotan udara :
1). dalam rumah : penyemprotan dengan 0,1% pyrethrum dengan synergizing agents.
2). diluar rumah : fogging dengan suspensi atau larutan dari 5% DDT, 2% lindane atau 5% malathion. Tetapi lalat bisa menjadi resisten terhadap insektisida. Disamping penyemprotan udara (space spraying) bisa juga dilakukan.
3). Residual spraying dengan organo phosphorus insecticides seperti : Diazinon 1%, Dibrom 1%, Dimethoote, malathion 5%, ronnel 1%, DDVP dan bayer L 13/59. Pada residual spraying dicampur gula untuk menarik lalat.
4). Khusus untuk perusahaan-perusahaan susu sapi dipakai untuk residual spraying diazinon, ronnel dan malathion menurut cara-cara yang sudah ditentukan. Harus diperhatikan supaya tidak terjadi kontaminasi makanan manusia, makanan sapi dan air minum untuk sapi, dan sapi-sapi tidak boleh disemprot.
5). Tali yang diresapi dengan insektisida (Inpregnated Cords) : Ini merupakan variasi dari residual spraying. Tali-tali yang sudah diresapi dengan DDT digantung vertikal dari langit-langit rumah, cukup tinggi supaya tidak tersentuh oleh kepala orang. Lalat suka sekali hinggap pada tali-tali ini untuk mengaso, terutama pada malam hari. Untuk ini dipakai :
Parathion : ini bisa tahan sampai 10 minggu
Diazinon : ini bisa tahan sampai 7 minggu
Karena parathion sangat tosis untuk manusia, hanya orang-orang yang berpengalaman dapat mengerjakannya dengan sangat hati-hati, dengan memakai sarung tangan dari kain atau karet. Kalau kulit terkena kontaminasi dengan parathion maka bagian kulit yang terkena harus segara disetujui dengan air dan sabun.

B.     TUJUAN
1.      Mengetahui berapa pentingnya lalat sebagai vektor penyakit
2.      Mengetahui populasi kepadatan lalat di suatu wilayah tertentu

C.     ALAT DAN BAHAN
-        Fly grill
-        Counter
-        Stop watch

D.      CARA KERJA
Langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan untuk menghitung lalat. Kemudian letakkan fly grill di tempat yang dianggap populasi lalat tinggi. Diamkan selama 30” dan hitung lalat yang hinggap di atas fly grill, kemudian catat dan masukkan ke dalam form penilaian. Ulangi pengukuran di tempat yang berbeda sebanyak 10 tempat yang berbeda, lalu diambil lima terbanyak kemudian dirata-rata. Kategori pada rata-rata lima tertinggi :
-        0 – 2                : rendah (tidak ada masalah)
-        3 – 5                : sedang (perlu dilakukan pengamatan tempat berbiaknya lalat)
-        6 – 20              : tinggi (populasi cukup padat dan perlu pengamatan tempat berbiaknya lalat dan bila mungkin rencana pengendalian)
-        21 ke atas        : sangat tinggi (populasi padat dan perlu pengamanan tempat berbiaknya lalat dan tindakan pengendalian)

E.     HASIL
Berikut adalah hasil survei kepadatan lalat yang telah saya lakukan dengan menggunakan alat fly grill pada 10 titik yang berbeda di tiga tempat yang dianggap sebagai sarang perkembangbiakan lalat, di kelurahan Wirogunan.
WAKTU
TANGGAL
25/05/2012
JAM
08.00 WIB
08.20 WIB
08.45 WIB

LOKASI
TS. Terminal Kartasura
Pabrik Tahu
Kandang Babi
JUMLAH LALAT YANG HINGGAP PADA FLY GRILL
30” ke-1
35
8
0
30” ke-2
32
8
2
30” ke-3
7
18
1
30” ke-4
35
24
1
30” ke-5
30
2
1
30” ke-6
45
18
1
30” ke-7
30
14
2
30” ke-8
11
9
3
30” ke-9
40
0
0
30” ke-10
45
2
1
JUMLAH LALAT
(5 TERTINGGI)
200
83
9
RATA-RATA
(5 TERTINGGI)
40
16,6
1,8

F.      PEMBAHASAN
Ada beberapa peralatan dan metode yang digunakan untuk mengukur dan menghitung kepadatan lalat, salah satunya adalah dengan menggunakan alat Fly grill. Pada tempat praktik yang pertama yaitu di terminal Kartasura, fly grill diletakkan di atas tumpukan sampah kemudian didiamkan selama 30” sambil dihitung jumlah lalat yang hinggap dengan menggunakan counter. Penghitungan kami ulang kembali di TS terminal kartasura namun pada titik yang berbeda sampai 10 kali. Kemudian diambil 5 jumlah lalat terbanyak, yaitu dengan jumlah 200 ekor lalu dirata-rata dan hasilnya adalah 40. Dengan hasil rata-rata 40 tersebut, maka jumlah kepadatan lalat pada tempat sampah terminal kartasura termasuk dalam kategori sangat tinggi, yang berarti populasi lalat padat dan perlu pengamanan tempat berbiaknya lalat dan perlu adanya tindakan pengendalian.
Kemudian pada tempat praktik yang kedua adalah di pabrik tahu yang jaraknya juga tidak jauh dari terminal kartasura. Dilakukan penghitungan dengan cara yang sama dengan praktik pertama, pada 10 titik yang berbeda di pabrik tersebut, kemudian diambil 5 jumlah terbanyak yaitu 83 ekor lalu dirata-rata dengan hasil akhir adalah 16,6. Dengan hasil rata-rata sebanyak 16,6, maka jumlah kepadatan lalat pada pabrik tahu termasuk dalam kategori tinggi, yang berarti populasi lalat cukup padat dan perlu pengamanan tempat berbiaknya lalat dan bila mungkin perlu rencana pengendalian.
Pada tempat praktik yang terakhir, yaitu di kandang babi, dilakukan penghitungan dengan cara yang sama dengan praktik ke-1 dan ke-2, pada 10 titik yang berbeda pula. Didapatkan hasil 5 tertinggi sebanyak 9 ekor dengan rata-rata 1,8. Maka jumlah kepadatan lalat pada kandang babi termasuk dalam kategori rendah yang berarti tidak ada masalah.

            Dari ketiga tempat penghitungan yang berbeda, tempat sampah di terminal kartasura lah yang merupakan populasi lalat terpadat dengan rata-rata  40. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengamanan tempat berbiaknya lalat dan perlu dilakukan pengendalian vektor lalat di tempat sampah terminal kartasura.
-
thank you

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Next Previous Home
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...