A.
PENDAHULUAN
Lalat merupakan salah
satu insekta (serangga) yang termasuk ordo diphtera, mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Lalat juga merupakan
species yang berperan dalam masalah
kesehatan masyarakat, yaitu sebagai vektor
penularan penyakit saluran pencernaan seperti: kolera, typhus, disentri,
dan lain lain. Pada saat ini
dijumpai ± 60.000 – 100.000 spesies lalat, tetapi tidak semua species perlu diawasi karena beberapa
diantaranya tidak berbahaya terhadap kesehatan
masyarakat. Penularan penyakit dapat
terjadi melalui semua bagian dari tubuh lalat seperti : bulu badan, bulu pada anggota gerak, muntahan serta
faecesnya.
Dalam upaya pengendalian
penyakit menular tidak terlepas dari usaha
peningkatan kesehatan lingkungan, salah satu kegiatannya adalah
pengendalian vektor penyakit. Pengendalian vektor penyakit merupakan
tindakan pengendalian untuk mengurangi
atau melenyapkan gangguan yang ditimbulkan oleh binatang pembawa penyakit, seperti lalat. Dalam
melakukan pengendalian perlu juga dilakukan pengukuran tingkat kepadatannya
dimana data ini dapat dipakai untuk merencanakan upaya pengendalian yaitu
tentang kapan, dimana, dan bagaimana pengendalian akan dilakukan. Saat ini
banyak sekali metode pengendalian lalat yang telah dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia. Prinsip
dari metode pengendalian lalat adalah pengendalian
itu dapat mencegah perindukan lalat yang dapat menyebabkan gangguan terhadap kesehatan manusia.
Lalat banyak
jenisnya tetapi yang paling banyak merugikan manusia adalah jenis lalat rumah
(Musca domestica), lalat hijau (lucilia seritica), lalat biru (Calliphora
vomituria) dan lalat latirine (Fannia canicularis). Dari beberapa jenis yang disebutkan di atas lalat rumah sudah dikenal
sejak lama sebagai pembawa penyakit. Lalat rumah ini tersebar merata di
berbagai penjuru dunia.
1. Siklus
Hidup Lalat
Dalam
kehidupan lalat dikenal ada 4 (empat) tahapan yaitu mulai dari telur, larva,
pupa dan dewasa. Pada
beberapa jenis lalat telur-telur tetap dalam tubuh lalat dewasa sampai menetap
dan baru kemudian dilahirkan larva.
Gambar 1. Siklus
hidup lalat
Lamanya
siklus hidup dan kebiasaan tempat bertelur bisa berbeda antara berbagai jenis
lalat. Demikian pula terdapat perbedaan-perbedaan dalam hal suhu dan tempat
hidup yang biasanya untuk masing-masing jenis lalat.
2.
Jenis-jenis
Lalat
Ø Lalat
rumah = Musca domestica
Lalat
jenis ini merupakan yang paling banyak terdapat di antara jenis-jenis lalat
rumah. Karena fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari berbagai bibit
penyakit disertai jumlahnya yang banyak dan hubungannya yang erat dengan
lingkungan hidup manusia, maka jenis lalat musca domestica ini merupakan jenis
lalat yang terpenting ditinjau dari sudut kesehatan manusia. Dalam waktu 4-20
hari setelah muncul dari stadium larva, lalat betina sudah bisa mulai bertelur.
Telur-telur putih, berbentuk oval dengan ukuran panjang ± 1 mm. Setiap kali
bertelur diletakkan 75-150 telur. Seekor lalat biasanya diletakkkan dalam retak-retak
dari medium pembiakan pada bagian-bagian yang tidak terkena sinar matahari.
Pada
suhu panas telur-telur ini menetas dalam waktu 12-24 jam dan larva-larva yang
muncul masuk lebih jauh ke dalam medium sambil memakannya. Setelah 3-24 hari,
biasanya 4-7 hari, larva-larva itu berubah menjadi pupa. Larva-larva akan mati
pada suhu yang terlalu panas. Suhu yang disukai ± 30-3500C, tetapi pada waktu
akan menjadi pupa mereka mencari tempat-tempat yang lebih dingin dan lebih
kering. Pupa berbentuk lonjong ± 7 mm panjang, dan berwarna merah coklat tua.
Biasanya pupa terdapat pada pinggir medium yang kering atau didalam tanah.
Stadium pupa berlangsung 4-5 hari, bisa juga 3 hari pada suhu 350C atau
beberapa minggu pada suhu rendah. Lalat dewasa keluar dari pupa, kalau perlu
menembus keluar dari tanah, kemudian jalan-jalan sampai sayap-sayapnya berkembang,
mengering dan mengeras. Ini terjadi dalam waktu 1 jam pada suhu panas sampai 15
jam untuk ia bisa terbang. Lalat dewasa bisa kawin setiap saat setelah ia bisa
terbang dan bertelur dalam waktu 4-20 hari setelah keluar dari pupa. Jangka
waktu minimum untuk satu siklus hidup lengkap 8 hari pada kondisi yang menguntungkan.
Lalat rumah bisa membiak disetiap medium yang terdiri dari zat organik yang lembab
dan hangat dapat memberi makan pada larva-larvanya.
Medium
pembiakan yang disukai ialah kotoran kuda, kotoran babi dan kotoran burung.
Yang kurang disukai ialah kotoran sapi. Lalat rumah juga membiak di excreta
manusia yang terdapat di kakus atau tempat-tempat lain, dan karena excreta
manusia ini juga mengandung organisme patogen maka ia merupakan medium
pembiakan yang paling berbahaya. Juga sludge dari air kotor yang digesti
sempurna bisa menjadi medium pembiakan lalat rumah. Di samping itu sampah yang
ditumpuk di tempat terbuka karena mengandung zat-zat organic merupakan medium
pembiakan lalat rumah yang penting. Lalat rumah bisa terbang jauh dan bisa
mencapai jarak 15 km dalam waktu 24 jam. Sebagian terbesar tetap berada dalam
jarak 1,5 km di sekitar tempat pembiakannya, tetapi beberapa bisa sampai sejauh
50 km. Lalat dewasa hidup 2-4 minggu pada musim panas dan lebih lama pada musim
dingin, mereka paling aktif pada suhu 32,50C dan akan mati pada suhu 450C.
Mereka melampaui musim dingin (over wintering) sebagai lalat dewasa, dan
berkembang biak di tempat-tempat yang relatif terlindung seperti kandang ternak
dan gudang-gudang.
Ø Lalat
rumah kecil (jenis Fannia)
Lalat
rumah kecil ini menyerupai lalat rumah biasa, tetapi ukuran mereka jauh lebih kecil.
Mereka membiak di kotoran manusia dan hewan dan juga di bagian-bagian tumbuhan
yang membusuk, misalnya di tumpukan rumput yang membusuk. Lalat kandang yang
menggigit (= biting stable fly) = stomaxys caleitrans. Mereka menyerupai lalat
rumah biasa, tetapi meraka mempunyai kebiasaan untuk menggigit. Tempat
pembiakan hanya di tumbuhan-tumbuhan yang membusuk. Siklus hidupnya 21-25 hari.
Jenis lalat ini tidak penting untuk tranmisi penyakit manusia tetapi mereka
bisa memindahkan penyakit-penyakit pada binatang.
Ø Bottle
flies dan Blow flies
Jenis-jenis
ini meletakkan telur-telur mereka pada daging. (Dalam hubungan ini mereka
dikatakan mem ”bottle” atau ”blow” daging itu).
Jenis-jenis ini mencakup:
- Black blowfly (jenis
Phormia)
- Green dan bonze
bottle flies (jenis phaenicia dsb)
- Blue bottle flies
(jenis Cynomyopsis dan Calliphora)
Jenis-jenis
lalat ini lebih jarang masuk dalam rumah-rumah dan restoran-restoran daripada
lalat rumah biasa, karena itu mereka dianggap tidak terlalu penting sebagai vektor
penyakit manusia. Mereka biasanya membiak di bahan binatang yang membusuk,
tetapi mereka juga bisa bertelur di tumbuhan-tumbuhan segar dan membusuk kalau
tidak ada daging binatang. Siklus hidup jenis-jenis lalat ini sangat menyerupai
siklus hidup lalat rumah biasa. Mereka juga dapat terbang jauh. Larva dari
banyak jenis-jenis lalat ini menyebabkan myasis pada binatang dan manusia.
Ø Lalat
daging (Genus
Sarcophaga)
Jenis-jenis
lalat ini termasuk dalam genus Sarcophaga, artinya pemakan daging. Ukuran
mereka besar dan terdapat bintik meraka pada ujung badan mereka. Larva dari
banyak jenis-jenis lalat ini hidup dalam daging, tetapi pembiakan bisa juga terjadi
dalam kotoran binatang. Beberapa jenis tidak bertelur tetapi mengeluarkan
larva. Mereka jarang masuk dalam rumah-rumah dan restoran-restoran dan karena
itu mereka tidak penting sebagai vektor mekanis penyakit manusia. Tetapi mereka
bisa menyebabkan myiasis pada manusia.
Pemberantasan Lalat
Usaha
pemberantasan lalat meliputi :
a)
Tindakan penyehatan lingkungan
- Menghilangkan tempat-tempat pembiakan lalat
- Melindungi makanan terhadap kontaminasi oleh lalat
b)
Membasmi larva lalat
c)
Membasmi lalat dewasa
Usaha pemberantasan lalat harus merupakan salah satu
program kesehatan lingkungan dari tiap-tiap Dinas Kesehatan Rakyat.
Kadang-kadang perlu diadakan kampanye pembasmian lalat untuk menarik perhatian
dan mendapatkan kerjasama serta bantuan masyarakat dalam sebuah ” Communiti
fly controla program”.
Program
semacam ini harus direncanakan dan dipersiapkan dengan seksama satu usaha
kerjasama dari seluruh masyarakat karena usaha yang dilakukan secara individual
tidak akan berhasil disebabkan jarak terbang lalat yang jauh. Untuk satu
community fly-control program perlu terlebih dulu dilakukan survey pendahuluan
yang meliputi seluruh daerah untuk mencari tempat-tempat pembiakan lalat yang
ada dan yang potensiil bisa menjadi tempat pembiakan lalat. Juga perlu diselidiki
fly density dari jenis-jenis lalat yang terpenting di daerah itu. Survey
pendahuluan ini diperlukan untuk dapat menentukan luasnya daerah yang harus dikontrol
maupun intensitas serta macam tindakan pemberantasan yang perlu diambil.
Tindakan-tindakan penyehatan lingkungan harus
merupakan tindakan-tindakan pokok terpenting untuk pemberantasan lalat, karena
penggunaan zat-zat kimia saja tidak dapat menggantikan usaha-usaha sanitasi. Hasil-hasil
dari community fly-control program harus selalu dievaluasi dengan pemeriksaan
fly-dencity pada waktu-waktu tertentu untuk menentukan effektivitas dari
tindakan-tindakan pemberantasan yang dijalankan dan untuk menentukan dimana dan
apabila tindakan-tindakan pemberantasan itu diperlukan. Untuk menentukan
fly-density harus selalu dipakai alat dan cara yang sama supaya angka-angka dapat
dipakai untuk perbandingan.
”Fly grille” dapat dipakai untuk mengukur fly
density. Untuk mengukur fly-dencity fly grill diletakkan diatas umpan, misalnya sampah
atau kotoran hewan, lalu dihitung jumlah lalat yang hinggap diatas scudder
griil itu. Disamping menghitung jumlah dapat juga diperiksa jenis lalat.
Kadang-kadang juga dipakai alat penangkap lalat. Ada banyak model penangkap
lalat. Prinsipnya ialah lalat diumpan supaya masuk kedalam alat penangkap dan
tidak bisa keluar lagi. Juga dengan cara ini bisa diukur kepadatan lalat (fly
density) dan jenis-jenis lalat di satu daerah.
Community fly-control program harus dipimpin oleh
Dinas Kesehatan Rakyat karena Dinas Kesehatan Rakyat yang mempunyai wewenang
untuk mengambil tindakan-tindakan kalau perlu dan mempunyai hubungan langsung
dengan perusahaanperusahaan, restoran-restoran dan instansi-instansi dalam
hubungan dengan pengawasan kesehatan lingkungan.
Pembasmian Lalat Dewasa
Untuk
membasmi lalat dewasa bisa dilakukan penyemprotan udara :
1).
dalam rumah : penyemprotan dengan 0,1% pyrethrum dengan synergizing agents.
2).
diluar rumah : fogging dengan suspensi atau larutan dari 5% DDT, 2% lindane
atau 5% malathion. Tetapi lalat bisa menjadi resisten terhadap insektisida. Disamping
penyemprotan udara (space spraying) bisa juga dilakukan.
3).
Residual spraying dengan organo phosphorus insecticides seperti : Diazinon 1%,
Dibrom 1%, Dimethoote, malathion 5%, ronnel 1%, DDVP dan bayer L 13/59. Pada
residual spraying dicampur gula untuk menarik lalat.
4).
Khusus untuk perusahaan-perusahaan susu sapi dipakai untuk residual spraying
diazinon, ronnel dan malathion menurut cara-cara yang sudah ditentukan. Harus
diperhatikan supaya tidak terjadi kontaminasi makanan manusia, makanan sapi dan
air minum untuk sapi, dan sapi-sapi tidak boleh disemprot.
5).
Tali yang diresapi dengan insektisida (Inpregnated Cords) : Ini merupakan
variasi dari residual spraying. Tali-tali yang sudah diresapi dengan DDT digantung
vertikal dari langit-langit rumah, cukup tinggi supaya tidak tersentuh oleh
kepala orang. Lalat suka sekali hinggap pada tali-tali ini untuk mengaso,
terutama pada malam hari. Untuk ini dipakai :
Parathion : ini bisa
tahan sampai 10 minggu
Diazinon : ini bisa tahan sampai 7 minggu
Karena parathion sangat
tosis untuk manusia, hanya orang-orang yang berpengalaman dapat mengerjakannya
dengan sangat hati-hati, dengan memakai sarung tangan dari kain atau karet.
Kalau kulit terkena kontaminasi dengan parathion maka bagian kulit yang terkena
harus segara disetujui dengan air dan sabun.
B.
TUJUAN
1. Mengetahui
berapa pentingnya lalat sebagai vektor penyakit
2. Mengetahui
populasi kepadatan lalat di suatu wilayah tertentu
C.
ALAT
DAN BAHAN
-
Fly grill
-
Counter
-
Stop watch
D.
CARA
KERJA
Langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan
untuk menghitung lalat. Kemudian letakkan fly grill di tempat yang dianggap
populasi lalat tinggi. Diamkan selama 30” dan hitung lalat yang hinggap di atas
fly grill, kemudian catat dan masukkan ke dalam form penilaian. Ulangi
pengukuran di tempat yang berbeda sebanyak 10 tempat yang berbeda, lalu diambil
lima terbanyak kemudian dirata-rata. Kategori pada rata-rata lima tertinggi :
-
0 – 2 :
rendah (tidak ada masalah)
-
3 – 5 :
sedang (perlu dilakukan pengamatan tempat berbiaknya lalat)
-
6 – 20 :
tinggi (populasi cukup padat dan perlu pengamatan tempat berbiaknya lalat dan
bila mungkin rencana pengendalian)
-
21 ke atas : sangat tinggi (populasi padat dan perlu pengamanan tempat
berbiaknya lalat dan tindakan pengendalian)
E.
HASIL
Berikut adalah hasil survei kepadatan lalat yang
telah saya lakukan dengan menggunakan alat fly grill pada 10 titik yang berbeda
di tiga tempat yang dianggap sebagai sarang perkembangbiakan lalat, di
kelurahan Wirogunan.
WAKTU
|
TANGGAL
|
25/05/2012
|
||
JAM
|
08.00
WIB
|
08.20
WIB
|
08.45
WIB
|
|
LOKASI
|
TS.
Terminal Kartasura
|
Pabrik
Tahu
|
Kandang
Babi
|
|
JUMLAH LALAT YANG HINGGAP PADA
FLY GRILL
|
30” ke-1
|
35
|
8
|
0
|
30” ke-2
|
32
|
8
|
2
|
|
30” ke-3
|
7
|
18
|
1
|
|
30” ke-4
|
35
|
24
|
1
|
|
30” ke-5
|
30
|
2
|
1
|
|
30” ke-6
|
45
|
18
|
1
|
|
30” ke-7
|
30
|
14
|
2
|
|
30” ke-8
|
11
|
9
|
3
|
|
30” ke-9
|
40
|
0
|
0
|
|
30” ke-10
|
45
|
2
|
1
|
|
JUMLAH LALAT
(5 TERTINGGI)
|
200
|
83
|
9
|
|
RATA-RATA
(5 TERTINGGI)
|
40
|
16,6
|
1,8
|
F.
PEMBAHASAN
Ada beberapa peralatan dan metode yang digunakan
untuk mengukur dan menghitung kepadatan lalat, salah satunya adalah dengan
menggunakan alat Fly grill. Pada tempat praktik yang pertama yaitu di terminal
Kartasura, fly grill diletakkan di atas tumpukan sampah kemudian didiamkan
selama 30” sambil dihitung jumlah lalat yang hinggap dengan menggunakan
counter. Penghitungan kami ulang kembali di TS terminal kartasura namun pada
titik yang berbeda sampai 10 kali. Kemudian diambil 5 jumlah lalat terbanyak,
yaitu dengan jumlah 200 ekor lalu dirata-rata dan hasilnya adalah 40. Dengan
hasil rata-rata 40 tersebut, maka jumlah kepadatan lalat pada tempat sampah
terminal kartasura termasuk dalam kategori sangat tinggi, yang berarti populasi
lalat padat dan perlu pengamanan tempat berbiaknya lalat dan perlu adanya
tindakan pengendalian.
Kemudian pada tempat praktik yang kedua adalah di
pabrik tahu yang jaraknya juga tidak jauh dari terminal kartasura. Dilakukan
penghitungan dengan cara yang sama dengan praktik pertama, pada 10 titik yang
berbeda di pabrik tersebut, kemudian diambil 5 jumlah terbanyak yaitu 83 ekor
lalu dirata-rata dengan hasil akhir adalah 16,6. Dengan hasil rata-rata
sebanyak 16,6, maka jumlah kepadatan lalat pada pabrik tahu termasuk dalam
kategori tinggi, yang berarti populasi lalat cukup padat dan perlu pengamanan
tempat berbiaknya lalat dan bila mungkin perlu rencana pengendalian.
Pada tempat praktik yang terakhir, yaitu di kandang
babi, dilakukan penghitungan dengan cara yang sama dengan praktik ke-1 dan
ke-2, pada 10 titik yang berbeda pula. Didapatkan hasil 5 tertinggi sebanyak 9
ekor dengan rata-rata 1,8. Maka jumlah kepadatan lalat pada kandang babi
termasuk dalam kategori rendah yang berarti tidak ada masalah.
Dari
ketiga tempat penghitungan yang berbeda, tempat sampah di terminal kartasura
lah yang merupakan populasi lalat terpadat dengan rata-rata 40. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pengamanan tempat berbiaknya lalat dan perlu dilakukan pengendalian vektor
lalat di tempat sampah terminal kartasura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar