Makalah Klasifikasi Ekosistem Industri

Sabtu, 16 April 2016

Makalah Klasifikasi Ekosistem Industri

BAB I
PENDAHULUAN


                       A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kebutuhan masyarakat akan konsumsi barang dan jasa semakin meningkat. Meningkatnya kebutuhan akan barang dan jasa berakibat meningkatnya kebutuhan akan bahan baku, material dan energi, sementara ketersediaan bahan baku, material dan energi semakin lama semakin berkurang. Oleh sebab itu diperlukan suatu kebijakan mengenai ‘keberlanjutan’ atau sustainability, yaitu bahwa pertumbuhan konsumsi barang dan jasa harus disertai pengurangan intensitas konsumsi bahan baku dan energi secara proporsional.

Maka dikembangkanlah beragam strategi yang tujuannya adalah pengurangan penggunaan bahan baku dan industri dalam kerangka ekonomi global. Dalam prosesnya, beberapa lembaga riset melakukan kajian terhadap implikasi yang mungkin terjadi akibat adanya kebijakan dimaksud. Beberapa kajian menunjukkan adanya suatu peluang untuk melakukan pengurangan secara signifikan dalam hal penggunaan material dan industri dalam pengembangan ekonomi dan teknologi canggih. Hal ini merupakan salah satu pertimbangan yang melatarbelakangi dikembangkannya pendekatan Ekologi Industri untuk pabrik, pengolahan dan sebagainya yang berpotensi untuk memulai pengurangan penggunaan bahan baku dan material (dematerializing) dalam kerangka ekonomi global. Pertimbangan lainnya adalah kesadaran bahwa pergerakan kearah pembangunan yang ‘berkelanjutan’ perlu menyertakan industri dalam kegiatan ekonominya. Tetapi untuk menyertakan industri dalam suatu strategi pencapaian ‘berkelanjutan’, diperlukan perkembangan mendasar dalam meningkatkan kualitas lingkungan industri serta efisiensi sumber daya, demikian pula dengan kegiatan industry yang saling terintegrasi dengan komunitasnya.
Ekosistem kawasan industri merupakan kawasan industri yang menjalankan prinsip ekologi dalam operasinya, sehingga dapat disebut juga sebagai Eco-industrial Park atau Eko-Kawasan Industri. Sejalan dengan pengembangan Eko-kawasan Industri, pengembangan akan teknologi hijau juga harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan ekosistem secara holistik, yaitu pembangunan yang berkelanjutan. Pada bagan berikut dapat dilihat posisi eko-kawasan industri dalam kerangka tujuan yang berkelanjutan.

 B. RUMUSAN MASALAH
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis mendapatkan hasil yang diinginkan, maka penulis mengemukakan beberapa perumusan masalah. Rumusan masalah tersebut adalah :
1.      Apa yang dimaksud ekosistem industri?
2.      Apa manfaat ekosistem industri?
3.      Apa saja komponen dan klasifikasi dalam ekosistem industri?
4.      Apa kendala dalam ekosistem industri?


 C. TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
1.          Untuk mengetahui maksud ekosistem industri.
2.          Untuk mengetahui manfaat dari ekosistem dalam industri.
3.          Untuk mengetahui klasifikasi dalam ekosistem industri.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA



 A. PENGERTIAN EKOSISTEM INDUSTRI
Ekologi Industri adalah bidang ilmu yang difokuskan pada dua tujuan yaitu peningkatan ekonomi dan peningkatan kualitas lingkungan. Pada konsep ekologi industri, sistem industri dipandang bukan sebagai suatu sistem yang terisolasi dari sistem dan lingkungan disekelilingnya, melainkan merupakan satu kesatuan. Didalam sistem ini dioptimalkan siklus material, dari mulai bahan mentah hingga menjadi bahan jadi, komponen, produksi dan pembuangan akhir. Faktor-faktor yang dioptimalkan termasuk sumber daya, energi dan modal.
Konsep dalam Ekologi Industri mengadaptasi analogi ekosistem alam kedalam sistem industri. Tingkatan-tingkatan organisme dalam ekosistem saling berinteraksi, saling mempengaruhi membentuk suatu sistem yang menunjukkan kesatuan. Tingkatan organisasi dalam dunia industri adalah industri tunggal, industri kawasan, industri global dan ekosistem industri. Antara komunitas industri dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Komponen penyusun ekosistem adalah produsen, konsumen, dan dekomposer/pengurai.
Ekosistem kawasan industri merupakan kawasan industri yang menjalankan prinsip ekologi dalam operasinya, sehingga dapat disebut juga sebagai Eco-industrial Park atau Eko-Kawasan Industri. Sejalan dengan pengembangan Eko-kawasan Industri, pengembangan akan teknologi hijau juga harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan ekosistem secara holistik, yaitu pembangunan yang berkelanjutan.                    B. KOMPONEN DALAM RANCANGAN EKO-KAWASAN INDUSTRI
Meskipun dapat dikatakan masih berupa embrio, ekosistem industri merupakan salah satu pendekatan yang penting dalam menghadapi tantangan dalam mencapai tujuan pembangunan yang ‘berkelanjutan’. Konsep Ekosistem Kawasan Industri (Eco-Industrial Park / EIP) selanjutnya disingkat dengan EIP, pertama kali disosialisasikan secara formal pada tahun 1992-1993 oleh suatu kelompok / komunitas dari Indigo Development – Dalhouse University, dan kelompok / komunitas Work and Environment Initiative dari Cornell University. Pada tahun 1994, Environmental Protection Agency milik pemerintah United States of America membiayai Research Triangle Institute dan Indigo untuk memperdalam konsep ekosistem industri serta melakukan studi kasus. Pada tahun 1996, sebanyak 17 proyek industri mendeklarasikan EIP bagi kegiatan mereka. Eco-Industrial Park menyertakan jaringan perusahaan dan organisasi yang bekerja bersama-sama untuk meningkatkan ekonomi dan kualitas lingkungan. Beberapa perencana serta peneliti ekosistem kawasan industri telah menggunakan jasa komunitas atau team ‘ekosistem industri’ untuk memberikan gambaran jenis ‘hubungan simbiosis’ yang dikembangkan diantara pelaku dan perusahaan yang turut berpatisipasi.
Komponen dalam Rancangan Eko-Kawasan Industri :
  • Sistem alam :
meminimumkan dampak negative pada lingkungan, dan memperkecil biaya operasi, serta menggunakan energi matahari dan / atau energi angin
  • Energi :
    Strategi utama adalah penggunaan energi secara efisien untuk mengurangi biaya-biaya serta mengurangi beban lingkungan.
  • Alir material :
Dalam Eko-Kawasan Industri, pihak perusahaan memandang limbah sebagai sesuatu produk yang berharga yang dapat dijual untuk digunakan oleh pihak lain.
  • Aliran air :
Air yang telah melalui suatu proses dapat digunakan kembali oleh pihak lain, yang dialirkan melalui suatu tahapan proses sesuai keperluan. Infrastruktur kawasan dapat dirancang untuk beberapa tingkatan / grade air (bergantung pada kebutuhan perusahaan).
  • Pengelolaan Kawasan dan Dukungan Layanan :
Pengelolaan harus mendukung pertukaran produk antar perusahaan di kawasan, mendukung perusahaan dalam beradaptasi dengan lingkungan beraragam industri (misalnya mobilitas supplier atau pelanggan di areal kawasan). Layanan lain juga menyangkut pemeliharaan akses / link pertukaran produk antar perusahaan di kawasan serta pemeliharaan sistem telekomunikasi. Disamping itu, dapat diadakan dukungan layanan bersama berupa pusat pelatihan, kantin, pusat kesehatan, kantor untuk pembelian barang-barang umum, transportasi, kantor logistic dll         
                                                                                                       
C. KEUNTUNGAN DARI EKOSISTEM INDUSTRI
          Dengan adanya kerjasama antar pelaku indutri dalam Eko-Kawasan Industri, maka terdapat beberapa keuntungan yang diperoleh, yaitu :
  • Keuntungan keuangan untuk perusahaan :
    -  Menurunkan biaya pembelian bahan / material, mendapatkan hasil dari penjualan limbah kepada   pihak lain dalam kawasan
    -  Menurunkan penggunaan energi (misalnya transportasi)
    -  Menurunnya biaya pengelolaan limbah karena dilakukan didalam kawasan (dapat dijual, dan membeli limbah dari perusahaan lain di kawasan)
    -  Menurunnya biaya serba-serbi
    -  Menurunnya biaya HRD atau perekrutan pegawai karena dilakukan bersama-sama dengan perusahaan lain dalam kawasan
  • Keuntungan bagi lingkungan :
    -  Permintaan akan sumber daya alam akan berkurang
    -  Berkurangnya jumlah limbah dalam semua bentuk (padat, cair, emisi udara)
    -  Menurunnya kemungkinan terjadi kecelakaan dalam transport
    -  Keuntungan sosial / bagi masyarakat :
    -  Meningkatkan kualitas ekonomi masyarakat dengan adanya pekerjaan
    -  Biaya pemanasan murah untuk masyarakat lingkungan sekitar kawasan dan didalam kawasan
    -  Udara dan air yang lebih bersih, sehingga masyarakat sekitar dapat hidup sehat
Ekosistem Industri, Proses Ekosistem Industri

  D. LASIFIKASI DALAM EKOSISTEM INDUSTRI
Ekosistem Industri dapat diklasifikasikan atas beberapa skala, dari terkecil hingga besar, dan dapat dipandang dari berbagai perspektif :
1.   Skala terkecil adalah ekosistem didalam satu industri / industri tunggal dimana komponen-komponennya dapat berupa pelaku bisnis industri, mulai dari produsen, distributor, supplier hingga konsumen. Dari sisi proses produksi, komponen dapat berupa tahapan produksi, mulai dari bahan baku mentah, produk yang dihasilkan, limbah dari proses produksi, hingga penggunaan limbah sebagai bahan baku untuk menghasilkan suatu produk lain. Dalam hal ini satu perusahaan dapat memproduksi lebih dari satu jenis produk, dimana limbah dari suatu produk dapat digunakan sebagai bahan baku atau bahan tambahan untuk produk lainnya.
2.        Skala yang lebih luas terdiri dari beberapa industri yang saling berinteraksi, yang letaknya saling berdekatan dalam suatu region atau kawasan. Dalam kawasan ini, limbah yang dihasilkan oleh suatu industri dapat digunakan sebagai bahan baku bagi industri lainnya sehingga membentuk rantai atau jaring bahan baku produksi, analog dengan rantai atau jaring makanan dalam ekosistem secara umum. Interaksi yang terjadi dapat lebih luas lagi, yaitu interaksi antar pelaku industri, pemanfaatan sumber daya di kawasan, aliran energi dsb. Komponen juga dapat berupa kelompok industri yang menghasilkan produk sejenis, sehingga komponen ekosistem terdiri dari beberapa kelompok industri / berupa cluster yang dicirikan oleh jenis produksinya. Contoh beberapa industri yang menghasilkan produk sejenis misalnya industri furniture yang masing-masing perusahaan di kawasan memproduksi jenis furniture berbeda, misalnya lemari, meja dan kursi, dipan, kerajinan lain dengan bahan baku sama. Tetapi dalam hal ini prinsip ekologi tidak sepenuhnya dapat diterapkan karena pada tahap terawal, bahan baku yang digunakan adalah bahan baku dari alam (kayu) yang tidak dapat direproduksi oleh alam pada kecepatan proporsional dengan kecepatan kebutuhan untuk produksi.
3.        Skala terbesar adalah skala global dan menyeluruh dimana jenis komponen yang berinteraksi sangat beragam, termasuk didalamnya antara lain pelaku bisnis, eksportir, importir, kebijakan regional, kebijakan global, jaringan dari beberapa kawasan industri dan lain-lain yang terkait dalam lingkaran ekonomi global. Masing-masing pertukaran dikembangkan sebagai pengelolaan bisnis yang menarik secara ekonomi antara perusahaan yang berpartisipasi melalui kontrak bilateral. Hal ini menunjukkan bahwa simbiosis tidak hanya bergantung pada proses perencanaan, tetapi secara kontinu akan berkembang. Regulasi / kebijakan berperan secara tidak langsung dalam kerangka ekonomi global.

E.   KENDALA DAN TANTANGAN
       Pada abad-21, eko-industri dan pengembangan teknologi yang mengeliminasi ‘sisa’ atau ‘limbah’ dan memaksimumkan efisiensi akan mengalami masa kritis dalam usaha pengurangan pemakaian material dan energi serta memelihara kualitas hidup dan kualitas lingkungan. Perluasan eco-kawasan industri dengan mengembangkan eco-economi adalah eco-efisien, merupakan faktor yang menentukan apakah tekanan pasar akan berperan penting sebagai ‘penggerak perubahan (driver of change).

Penerapan eco-kawasan industri mengutamakan keragaman jenis industri untuk optimalitas siklus pertukaran limbah (waste exchange).  Pada sisi lain, keragaman dapat juga menjadi kendala pada ekologi industri. Keragaman dapat berarti meningkatkan kompleksitas, misalnya keragaman pelaku berarti pula keragaman tujuan / interest. Hal ini dapat menjadi kendala ketika mencoba merumuskan ‘tujuan umum dalam pengembangan ekosistem industri’. Dari sudut pandang berbeda, besarnya jumlah pelaku yang terlibat dalam kerjasama dapat merupakan pengaman bagi kelanjutan sistem. Dalam alam, semakin kecil dan sederhana sistem biotik, semakin rapuh keberlangsungan sistem. Bahkan jika salah satu organisme punah, dapat menghancurkan simbiosis. Semakin besar dan semakin kompleks ekosistem seperti danau, sungai dan hutan, semakinkecil kemungkinan sistem terganggu jika satu elemen tiba-tiba punah. Keragaman industri yang berarti pula keragaman interest pelaku, merupakan suatu tantangan dalam penerapan ekosistem pada suatu kawasan industri. Perlu dilakukan komunikasi yang berkelanjutan untuk mencapai kesamaan persepsi dalam menyikapi tujuan jangka panjang penerapan ekosistem pada kawasan industri.

Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dalam menerapkan prinsip ekologi didalam kawasan industri :
  • Para pelaku industri harus memahami limbah sebagai suatu yang bernilai sebagai bahan dasar untuk industri lainnya. Studi dan kerjasama harus diperluas dan perusahaan harus mengembangkan visinya dengan menyertakan keseluruhan sistem dalam perusahaan yang bersatu.
  • Perlu adanya lintas batas antar sektor public dan sektor swasta untuk menghasilkan ekosistem industri dengan dukungan institusional. Pembuat kebijakan dapat diuntungkan ketika mengetahui bahwa untuk keberlangsungan daur ulang atau sistem roundput, issue lingkungan harus direfleksikan juga dalam implikasi ekonomi, social dan budaya, misalnya dalam konteks komunitas aliran (societal context of the flow).
  • Bagi kawasan industri yang sudah ada dan sudah berjalan cukup mapan, perlu suatu usaha yang memfasilitasi pengembangan sistem kerjasama berdasarkan pemanfaatan limbah dan energi.
  • Perlu dilakukan upaya membangun suatu system kerjasama berdasarkan pemanfaatan limbah dan energy pada suatu kawasan industry yang sudah ada
  • Keberhasilan dari pembentukan hubungan / link dari eco-industri memerlukan implementasi proyek secara terus-menerus sehingga dapat mengidentifikasi peluang-peluang yang ada dalam rangka eco-industri. Diperlukan kerja keras untuk mengidentifikasi regulasi dan kebijakan lain yang menghambat untuk dihilangkan. Kebijakan berdasarkan insentif misalnya ecological tax reform (keringanan eco-pajak) dan proyek-proyek teknis perlu diidentifikasi dan di implementasikan untuk membantu menstimulasi pasar dalam menggerakkan eco-industri.
-
thank you

2 komentar:

  1. nice post gan, sukses selalu dan salam sejahtera.

    BalasHapus
  2. Sumpah berguna bgt buat gua yang masih kuliah S1 jurusan tekhdus yang buat blog ini ga sia2 deh poko e josss

    BalasHapus

Next Previous Home
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...