BAB II
I S I
A. PENGERTIAN
OBESITAS DAN PENYEBABNYA
Obesitas atau
kegemukan yang berlebih dimaknai berbeda bagi setiap orang. Obesitas adalah
kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan berdasarkan beberapa pengukuran tertentu. Obesitas pada anak adalah
kondisi medis pada anak yang ditandai dengan barat badan di atas rata-rata dari
Indeks Massa Tubuhnya (Body Mass Index) yang di atas normal. Indeks Massa
Tubuh (IMT) dihitung
dengan cara mengalikan berat badan anak kemudian dibagi dengan kuadrat dari
besar tinggi anak. Jika seorang anak memiliki IMT di atas 25 kg/m2,
maka anak tersebut menderita obesitas.
Obesitas pada
anak dapat dinilai dari beberapa kriteria selain IMT. Terkadang seseorang anak
terlihat gemuk, namun belum tentu disebut obesitas. Beberapa metode dan teknik
diagnosis dapat dilakukan untuk menilai apakah anak gemuk sudah memasuki tahap
obesitas atau hanya over
weight.
Patokan BMI untuk obesitas pada anak bervariasi sesuai jenis
kelamin dan usia. Ketika anak mencapai usia dewasa, patokan BMI untuk overweight dan obesitas adalah 25 dan
30.
·
Underweight:
BMI kurang dari persentil 5 untuk jenis kelamin dan usia
·
Berat badan normal: BMI antara persentil
5-85 untuk jenis kelamin dan usia
·
Overweight:
BMI antara persentil 85 dan 95 untuk jenis kelamin dan usia
·
Obesitas: BMI persentil 95 atau lebih
untuk jenis kelamin dan usia
·
Sangat obesitas: BMI lebih dari
persentil 99 untuk jenis kelamin dan usia
(Barlow Se, 2007), (Klein Jd. Sesselberg
TS. Johnson MS. 2010).
Anak yang
memiliki masalah dengan berat badan disebabkan oleh beberapa faktor obesitas.
Faktor obesitas ialah faktor yang menjadi penentu atau faktor risiko bagi
seorang anak untuk bisa terkena obesitas. Semua anak yang nafsu makannya lebih
banyak ternyata tidak semua menjadi gemuk dan mengalami obesitas. Masing-masing
anak mengalami sistem metabolisme yang berbeda satu sama lain. Anak yang
memiliki kecepatan metabolisme lebih lambat memiliki risiko lebih besar
menderita obesitas.
Beberapa penyebab obesitas pada anak adalah:
1)
Faktor
genetik
Merupakan faktor keturunan dari orang-tua yang sulit dihindari.
Bila ayah atau ibu memiliki kelebihan berat badan, hal ini dapat diturunkan
pada anak.
2)
Makanan
cepat saji dan makanan ringan dalam kemasan
Maraknya restoran cepat saji merupakan salah satu faktor
penyebab. Anak-anak sebagian besar menyukai makanan cepat saji atau fast food bahkan banyak anak
yang akan makan dengan lahap dan menambah porsi apabila makan makanan cepat
saji. Padahal makanan seperti ini umumnya mengandung lemak dan gula yang tinggi
yang menyebabkan obesitas. Orang tua yang sibuk sering menggunakan makanan
cepat saji yang praktis dihidangkan untuk diberikan pada anak mereka, walaupun
kandungan gizinya buruk untuk anak.
Makanan cepat saji meski rasanya nikmat namun tidak memiliki
kandungan gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Itu sebabnya makanan
cepat saji sering disebut dengan istilah junk food atau makanan
sampah. Selain itu, kesukaan anak-anak pada makanan ringan dalam kemasan atau
makanan manis menjadi hal yang patut diperhatikan.
1)
Minuman
ringan
Sama seperti makanan cepat saji, minuman ringan (soft
drink) terbukti memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga berat badan
akan cepat bertambah apabila mengkonsumsi minuman ini. Rasa yang nikmat dan
menyegarkan menjadikan anak-anak sangat menggemari minuman ini.
2)
Kurangnya
aktivitas fisik
Masa anak-anak identik dengan masa bermain. Dulu, permainan anak
umumnya adalah permainan fisik yang mengharuskan anak berlari, melompat atau
gerakan lainnya. Tetapi, hal itu telah tergantikan dengan game elektronik,
komputer, Internet, atau televisi yang
cukup dilakukan dengan hanya duduk di depannya tanpa harus bergerak. Hal inilah
yang menyebabkan anak kurang melakukan gerak badan sehingga menyebabkan
kelebihan berat badan.
B. EPIDEMIOLOGI/ PREVALENSI OBESITAS
PADA ANAK
Di negara
dengan keadaan ekonomi yang telah maju, obesitas merupakan masalah gizi yang
penting. Di Indonesia kasus obesitas biasanya terdapat pada anak dari keluarga
yang ekonominya tergolong mampu. Obesitas dapat terjadi pada semua golongan
umur, tetapi tersering pada bayi, anak umur 5-6 tahun dan golongan remaja,
terutama pada perempuan. Obesitas pada anak lebih sering ditemukan pada
keluarga dengan kedua orang tua atau salah seorang (terutama ibu) yang juga
menderita obesitas
Prevalensi obesitas pada anak
usia 6-17 tahun di Amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir meningkat dari
7,6-10,8% menjadi 13-14%. Prevalensi overweight
dan obesitas pada anak usia 6-18 tahun di Rusia adalah 6% dan 10%, di Cina
adalah 3,6% dan 3,4%, dan di Inggris adalah 22-31% dan 10-17%, tergantung pada umur dan jenis kelamin.
Prevalensi obesitas pada anak-anak sekolah di Singapura meningkat dari 9%
menjadi 19%.
Di Indonesia, prevalensi
obesitas pada balita menurut SUSENAS menunjukkan peningkatan baik di perkotaan
maupun perdesaan. Di
perkotaan pada tahun 1989 didapatkan 4,6% lelaki dan 5,9% perempuan. Pada tahun
1992 didapatkan 6,3% lelaki dan 8% untuk perempuan. Prevalensi obesitas tahun 1995 di 27 propinsi adalah 4,6%.
Di DKI Jakarta, prevalensi
obesitas meningkat dengan bertambahnya umur. Pada umur 6-12 tahun ditemukan obesitas sekitar 4%,
pada anak remaja 12-18 tahun ditemukan 6,2%, dan pada umur 17-18 tahun 11,4%.
Kasus obesitas pada remaja lebih banyak ditemukan pada wanita (10,2%) dibanding
lelaki (3,1%). Pada penelitian Djer 1998, prevalensi obesitas anak
di sebuah SD Negeri di kawasan Jakarta Pusat sebesar 9,6%. Penelitian
mutakhir yang dilakukan oleh Meilany 2002, menunjukkan prevalensi obesitas anak
di tiga SD swasta di kawasan Jakarta Timur sebesar 27,5%. Menurut data rekam medik, kasus baru
obesitas yang datang di poliklinik Gizi Anak Bagian IKA FKUI-RSUPNCM dalam
periode tahun 1995-2000 adalah sebanyak 100 pasien, dan 35% di antaranya adalah balita (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1989).
C. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Anak
yang obesitas, terutama apabila pembentukan jaringan lemaknya (the adiposity
rebound) terjadi sebelum periode usia 5-7 tahun, memiliki kecenderungan
berat badan berlebih saat tumbuh dewasa. Sama seperti orang dewasa, kelebihan
berat badan anak terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan
energi yang keluar, terlalu banyak makan, atau terlalu sedikit beraktivitas,
ataupun keduanya. Akan tetapi berbeda dengan orang dewasa, berat
badan anak pada kasus obesitas tidak boleh diturunkan, karena
penyusutan berat akan sekaligus menghilangkan zat gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan. Laju pertumbuhan berat badan sebaiknya dihentikan atau diperlambat
sampai proporsi berat terhadap tinggi badan mencapai normal. Perlambatan
ini dapat dicapai dengan cara mengurangi makan sambil memperbanyak olahraga.
Kepada anak yang rakus makan dan terlanjur gemuk, bukan
berarti dunia sudah kiamat. Kuncinya ada pada keluarga. Ada banyak cara untuk
mengendalikan kegemukannya.
1.
Berilah
susunan makanan yang sehat secara seimbang, awasi kebiasaan makannya, jangan
berikan makanan yang kandungan lemaknya tinggi seperti gorengan. Pilihlah
daging yang tidak berlemak, misalnya sebelum dimasak dan disajikan; Buanglah
lemak (visible fat) dan kulit pada daging ayam.
2.
Berikan
banyak sayuran dan buah setiap makan. Jangan banyak diberikan masakan yang
memakai banyak lemak (misalnya bersantan kental).
3.
Upayakan
banyak kesempatan beraktivitas fisik, terutama kegiatan di luar ruangan (outdoor)
seperti berlari, berenang, atau bermain bersama teman, bermain bola, dan
lain-lain. Kurangi jam untuk menonton TV. Jangan berikan banyak makanan dan
minuman manis, karena ini adalah sumber kalori yang dapat meningkatkan berat
badan.
Seandainya
upaya di atas tidak berhasil, konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi
bagaimana solusinya yang terbaik. Hindari pemakaian pil penurun berat badan
karena ini berbahaya (IH, Nurul,
2009).
D.
PROGRAM GIZI YANG TELAH DILAKSANAKAN
Obesitas
pada anak telah menjadi salah satu masalah kesehatan paling penting di banyak
Negara (AN, 2010). Dan seiring dengan meningkatnya obesitas, meningkat pula
penyakit-penyakit yang terkait dengannya. Karena itu, peran dokter dan perawat
anak dalam mendidik orang tua mengenai obesitas, mengenali obesitas dalam
praktik sehari-hari, dan menangani obesitas beserta penyakit yang seringkali
menyertainya menjadi sangat penting.
American
Medical Association Health
Resources and Services Administration, and the Centers for Disease Control and
Prevention in 2007 merekomendasikan penyuluhan
kesehatan bagi anak dengan obesitas tentang pentingnya pengkajian , pencegahan
dan terapi anak dan remaja dengan overweight
dan obesitas. Tahun 2010 The US Preventive Service Task Force
(USPSTF) merekomendasikan skrining untuk anak-anak dan remaja (Mc Donald.
O”Brien. Mitchell.Simon : 2011). Oleh karena itu perlunya dilakukan screening
dan manajemen obesitas anak untuk menekan angka obesitas yang sewaktu-waktu
bisa meledak sehingga komplikasi akibat obesitas bisa diantisipasi dan
diminimalkan lebih awal. Screening dapat dilakukan lebih dini dengan teknologi
informasi kesehatan sehingga manajemen obesitas yang meliputi pemantauan berat
badan, pengaturan asupan makanan dan cairan serta terapi medis bisa dilakukan
secara komprehensif.
Sistem informasi kesehatan dalam
screening dan manajemen obesitas dimulai dengan pengisian grafik pertumbuhan
sesuai berat badan yang akan dikonversikan dengan bodi mass index. Ketika anak
dinyatakan obesitas maka system ini akan memberikan sinyal bahwa anak ini
mengalami obesitas. Selanjutnya data hasil laboratorium akan diakses dan
ringkasan hasil visite akan diprint sebagai dokumentasi. Semua data disimpan
dalam bentuk electronic health records
(EHRs). EHRs digunakan untuk mengakses informasi kesehatan terkait dengan
klien. Kemudian klien diberikan penjelasan apa yang harus dilakukan terkait
manajemen obesitas. Penjelasan itu bisa diklik pasien atau keluarga dari
manapun untuk mengetahui pengaturan asupan makanan, cairan dan aktivitas (US
Preventive Services Task Force. 2010). Data
lain yang dapat diakses adalah pemberian terapi, perkembangan berat
badan, hasil konsultasi dengan dokter terkait terapi dan diet, bahkan saat itu
klien dan keluarga dapat berkomunikasi terkait dengan permasalahan yang dialami
klien. Selanjutnya pasien dapat mengakses penjelasan yang diberikan dan dapat
diprint out. Data ini menjadi pedoman dalam terapi serta pemantauan
obesitasnya.
Selain sebagai screening dan managemen
obesitasnya, alat ini dapat mengakses konseling pasien terkait penanganan
obesitasnya. Materi konseling dapat diakses pasien dan keluarga dari manapun
juga dan dapat diprint out. Klien dapat bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh dokter anak terkait obesitas anaknya.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Obesitas
pada anak adalah kondisi medis pada anak yang ditandai dengan barat badan di
atas rata-rata dari Indeks Massa Tubuhnya (Body Mass Index) yang di atas normal. Indeks Massa
Tubuh (IMT) dihitung
dengan cara mengalikan berat badan anak kemudian dibagi dengan kuadrat dari
besar tinggi anak. Jika seorang anak memiliki IMT di atas 25 kg/m2,
maka anak tersebut menderita obesitas. Anak
yang nafsu makannya lebih banyak ternyata tidak semua menjadi gemuk atau
menjadi obesitas. System metabolism anak berbeda-beda, anak yang kecepatan
metabolismenya lambat akan lebih berisiko menjadi obesitas. Factor-faktor
obesitas di antaranya adalah Faktor genetic, makanan cepat saji dan makanan
ringan dalam kemasan, minuman cepat saji, serta kurangnya aktivitas fisik.
Prevalensi obesitas pada
anak usia 6-17 tahun di Amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir meningkat
dari 7,6-10,8% menjadi 13-14%. Di Indonesia, prevalensi
obesitas pada balita menurut SUSENAS menunjukkan peningkatan baik di perkotaan
maupun perdesaan. Di perkotaan pada tahun 1989 didapatkan
4,6% lelaki dan 5,9% perempuan. Pada tahun 1992 didapatkan 6,3% lelaki dan 8%
untuk perempuan. Prevalensi obesitas tahun 1995 di 27 propinsi adalah 4,6%.
Ada banyak cara untuk mengendalikan
kegemukan pada anak; Berilah susunan makanan yang sehat secara seimbang,
berilah banyak buah dan sayuran setiap makan, upayakan banyak kesempatan
beraktivitas fisik terutama di luar ruangan.
Sistem skreening dan manajemen obesitas pada
anak melalui metode komputerisasi sangat penting dilakukan untuk membantu orang
tua dalam memantau pertumbuhan berat badan, asupan makanan dan cairan serta
konseling. Orang tua menjadi faktor utama dalam pengaturan diet serta berperan
sebagai konseling bagi anaknya sendiri. Berbagai permasalahan terkait obesitas
bisa ditanyakan orang tua tanpa harus pergi ke klinik untuk konsultasi. Bahkan
hasilnya dapat diprint out.
B.
SARAN
Obesitas
yang dialami oleh anak tidak hanya menimbulkan masalah dalam segi kesehatan
namun juga menjadi masalah psikis. oleh karena itu orang tua harus memiliki
kesadaran untuk menkontrol pola makan ataupun gaya hidup anak mulai dari sejak
dini, agar anak tidak mengalami gangguan secara psikisnya ataupun fisiknya pada
saat dia tumbuh dewasa. Orang tua juga harus memiliki pengetahuan tentang gizi
seimbang dengan baik.
Program screening dan manajemen obesitas pada
anak melalui komputer sangat cocok diterapkan di Indonesia karena jumlah anak
dengan obesitas di Indonesia sama tingginya dengan jumlah anak dengan gizi
buruk. Penanganan obesitas bisa lebih cepat dilakukan, serta orang tua bisa
mengakses materi konseling dan dapat diprint. Kelemahan system ini adalah
terkait dengan pembayaran jasa konsultasi dan terapi, karena semuanya bisa
diakses di manapun dan kapanpun tanpa harus datang ke klinik, puskesmas ataupun
rumah sakit.
DAFTAR
PUSTAKA
AN,
2010, Meningkat.Fenomena.Anak.Obesitas,
diakses tanggal 24 Maret 2012 jam 14.00
WIB dari http://kesehatan.kompas.com/read/2010/05/25/10374224/
Barlow Se. 2007. Expert
Committee Recommendations Regarding the Prevention, Assesment, and Treatment of
Child and Adolescent overweight and Obesity: Summary Report. US: Pediatrics
IH. Nurul, 2009, Overweight/obesitas pada Anak, diakses
tanggal 24 Maret 2012 jam 14.05 WIB dari http://www.sehatgroup.web.id/?p=198
Klein Jd. Sesselberg TS. Johnson
MS. 2010. Adoption of body-mass index
guidelines for Screening and Counselingin pediatric practice.
US:Pediatrics.
Mc Donald. O”Brien.
Mitchell.Simon.,2011. Health Information
Technology to Guide Pediatric Obesity Management. USA: SAGE.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak.
1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak:
Gizi Obesitas, Jilid I. Jakarta: Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal: 366-369
Tidak ada komentar:
Posting Komentar