Makalah Obesitas Pada Anak

Jumat, 05 Februari 2016

Makalah Obesitas Pada Anak

BAB II
I S I

A.    PENGERTIAN OBESITAS DAN PENYEBABNYA
Obesitas atau kegemukan yang berlebih dimaknai berbeda bagi setiap orang. Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan berdasarkan beberapa pengukuran tertentu. Obesitas pada anak adalah kondisi medis pada anak yang ditandai dengan barat badan di atas rata-rata dari Indeks Massa Tubuhnya (Body Mass Index) yang di atas normal. Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan cara mengalikan berat badan anak kemudian dibagi dengan kuadrat dari besar tinggi anak. Jika seorang anak memiliki IMT di atas 25 kg/m2, maka anak tersebut menderita obesitas.


Overweight, Anak Obesitas, Obesitas

Obesitas pada anak dapat dinilai dari beberapa kriteria selain IMT. Terkadang seseorang anak terlihat gemuk, namun belum tentu disebut obesitas. Beberapa metode dan teknik diagnosis dapat dilakukan untuk menilai apakah anak gemuk sudah memasuki tahap obesitas atau hanya over weight.
Patokan BMI untuk obesitas pada anak bervariasi sesuai jenis kelamin dan usia. Ketika anak mencapai usia dewasa, patokan BMI untuk overweight dan obesitas adalah 25 dan 30.
·       Underweight: BMI kurang dari persentil 5 untuk jenis kelamin dan usia
·       Berat badan normal: BMI antara persentil 5-85 untuk jenis kelamin dan usia
·       Overweight: BMI antara persentil 85 dan 95 untuk jenis kelamin dan usia
·       Obesitas: BMI persentil 95 atau lebih untuk jenis kelamin dan usia
·       Sangat obesitas: BMI lebih dari persentil 99 untuk jenis kelamin dan usia
(Barlow Se, 2007), (Klein Jd. Sesselberg TS. Johnson MS. 2010).
Anak yang memiliki masalah dengan berat badan disebabkan oleh beberapa faktor obesitas. Faktor obesitas ialah faktor yang menjadi penentu atau faktor risiko bagi seorang anak untuk bisa terkena obesitas. Semua anak yang nafsu makannya lebih banyak ternyata tidak semua menjadi gemuk dan mengalami obesitas. Masing-masing anak mengalami sistem metabolisme yang berbeda satu sama lain. Anak yang memiliki kecepatan metabolisme lebih lambat memiliki risiko lebih besar menderita obesitas.
Beberapa penyebab obesitas pada anak adalah:
1)                             Faktor genetik
Merupakan faktor keturunan dari orang-tua yang sulit dihindari. Bila ayah atau ibu memiliki kelebihan berat badan, hal ini dapat diturunkan pada anak.
2)                             Makanan cepat saji dan makanan ringan dalam kemasan
Maraknya restoran cepat saji merupakan salah satu faktor penyebab. Anak-anak sebagian besar menyukai makanan cepat saji atau  fast food bahkan banyak anak yang akan makan dengan lahap dan menambah porsi apabila makan makanan cepat saji. Padahal makanan seperti ini umumnya mengandung lemak dan gula yang tinggi yang menyebabkan obesitas. Orang tua yang sibuk sering menggunakan makanan cepat saji yang praktis dihidangkan untuk diberikan pada anak mereka, walaupun kandungan gizinya buruk untuk anak.

Penyebab Obesitas, Anak Obesitas

Makanan cepat saji meski rasanya nikmat namun tidak memiliki kandungan gizi untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Itu sebabnya makanan cepat saji sering disebut dengan istilah junk food atau makanan sampah. Selain itu, kesukaan anak-anak pada makanan ringan dalam kemasan atau makanan manis menjadi hal yang patut diperhatikan.
1)                             Minuman ringan
Sama seperti makanan cepat saji, minuman ringan (soft drink) terbukti memiliki kandungan gula yang tinggi sehingga berat badan akan cepat bertambah apabila mengkonsumsi minuman ini. Rasa yang nikmat dan menyegarkan menjadikan anak-anak sangat menggemari minuman ini.
2)                             Kurangnya aktivitas fisik
Masa anak-anak identik dengan masa bermain. Dulu, permainan anak umumnya adalah permainan fisik yang mengharuskan anak berlari, melompat atau gerakan lainnya. Tetapi, hal itu telah tergantikan dengan game elektronik, komputer, Internet, atau televisi yang cukup dilakukan dengan hanya duduk di depannya tanpa harus bergerak. Hal inilah yang menyebabkan anak kurang melakukan gerak badan sehingga menyebabkan kelebihan berat badan.


B.       EPIDEMIOLOGI/ PREVALENSI OBESITAS PADA ANAK

Di negara dengan keadaan ekonomi yang telah maju, obesitas merupakan masalah gizi yang penting. Di Indonesia kasus obesitas biasanya terdapat pada anak dari keluarga yang ekonominya tergolong mampu. Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, tetapi tersering pada bayi, anak umur 5-6 tahun dan golongan remaja, terutama pada perempuan. Obesitas pada anak lebih sering ditemukan pada keluarga dengan kedua orang tua atau salah seorang (terutama ibu) yang juga menderita obesitas
Prevalensi obesitas pada anak usia 6-17 tahun di Amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir meningkat dari 7,6-10,8% menjadi 13-14%. Prevalensi overweight dan obesitas pada anak usia 6-18 tahun di Rusia adalah 6% dan 10%, di Cina adalah 3,6% dan 3,4%, dan di Inggris adalah 22-31% dan 10-17%, tergantung pada umur dan jenis kelamin. Prevalensi obesitas pada anak-anak sekolah di Singapura meningkat dari 9% menjadi 19%.
Di Indonesia, prevalensi obesitas pada balita menurut SUSENAS menunjukkan peningkatan baik di perkotaan maupun perdesaan. Di perkotaan pada tahun 1989 didapatkan 4,6% lelaki dan 5,9% perempuan. Pada tahun 1992 didapatkan 6,3% lelaki dan 8% untuk perempuan. Prevalensi obesitas tahun 1995  di 27 propinsi adalah 4,6%.
Di DKI Jakarta, prevalensi obesitas meningkat dengan bertambahnya umur. Pada umur  6-12 tahun ditemukan obesitas sekitar 4%, pada anak remaja 12-18 tahun ditemukan 6,2%, dan pada umur 17-18 tahun 11,4%. Kasus obesitas pada remaja lebih banyak ditemukan pada wanita (10,2%) dibanding lelaki (3,1%). Pada penelitian Djer 1998, prevalensi obesitas anak di sebuah SD Negeri di kawasan Jakarta Pusat sebesar 9,6%. Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Meilany 2002, menunjukkan prevalensi obesitas anak di tiga SD swasta di kawasan Jakarta Timur sebesar  27,5%. Menurut data rekam medik, kasus baru obesitas yang datang di poliklinik Gizi Anak Bagian IKA FKUI-RSUPNCM dalam periode tahun 1995-2000 adalah sebanyak 100 pasien, dan 35% di antaranya  adalah balita (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1989).  

C.             ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH
Anak yang obesitas, terutama apabila pembentukan jaringan lemaknya (the adiposity rebound) terjadi sebelum periode usia 5-7 tahun, memiliki kecenderungan berat badan berlebih saat tumbuh dewasa. Sama seperti orang dewasa, kelebihan berat badan anak terjadi karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan energi yang keluar, terlalu banyak makan, atau terlalu sedikit beraktivitas, ataupun keduanya. Akan tetapi berbeda dengan orang dewasa, berat badan anak pada kasus obesitas tidak boleh diturunkan, karena penyusutan berat akan sekaligus menghilangkan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan. Laju pertumbuhan berat badan sebaiknya dihentikan atau diperlambat sampai proporsi berat terhadap tinggi badan mencapai normal. Perlambatan ini dapat dicapai dengan cara mengurangi makan sambil memperbanyak olahraga.
Kepada anak yang rakus makan dan terlanjur gemuk, bukan berarti dunia sudah kiamat. Kuncinya ada pada keluarga. Ada banyak cara untuk mengendalikan kegemukannya.
1.  Berilah susunan makanan yang sehat secara seimbang, awasi kebiasaan makannya, jangan berikan makanan yang kandungan lemaknya tinggi seperti gorengan. Pilihlah daging yang tidak berlemak, misalnya sebelum dimasak dan disajikan; Buanglah lemak (visible fat) dan kulit pada daging ayam.
2.  Berikan banyak sayuran dan buah setiap makan. Jangan banyak diberikan masakan yang memakai banyak lemak (misalnya bersantan kental).
3.  Upayakan banyak kesempatan beraktivitas fisik, terutama kegiatan di luar ruangan (outdoor) seperti berlari, berenang, atau bermain bersama teman, bermain bola, dan lain-lain. Kurangi jam untuk menonton TV. Jangan berikan banyak makanan dan minuman manis, karena ini adalah sumber kalori yang dapat meningkatkan berat badan.
Seandainya upaya di atas tidak berhasil, konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi bagaimana solusinya yang terbaik. Hindari pemakaian pil penurun berat badan karena ini berbahaya (IH, Nurul, 2009).

D.               PROGRAM GIZI YANG TELAH DILAKSANAKAN
Obesitas pada anak telah menjadi salah satu masalah kesehatan paling penting di banyak Negara (AN, 2010). Dan seiring dengan meningkatnya obesitas, meningkat pula penyakit-penyakit yang terkait dengannya. Karena itu, peran dokter dan perawat anak dalam mendidik orang tua mengenai obesitas, mengenali obesitas dalam praktik sehari-hari, dan menangani obesitas beserta penyakit yang seringkali menyertainya menjadi sangat penting.
American Medical Association Health Resources and Services Administration, and the Centers for Disease Control and Prevention in 2007 merekomendasikan penyuluhan kesehatan bagi anak dengan obesitas tentang pentingnya pengkajian , pencegahan dan terapi anak dan remaja dengan overweight dan obesitas. Tahun 2010 The US Preventive Service Task Force (USPSTF) merekomendasikan skrining untuk anak-anak dan remaja (Mc Donald. O”Brien. Mitchell.Simon : 2011). Oleh karena itu perlunya dilakukan screening dan manajemen obesitas anak untuk menekan angka obesitas yang sewaktu-waktu bisa meledak sehingga komplikasi akibat obesitas bisa diantisipasi dan diminimalkan lebih awal. Screening dapat dilakukan lebih dini dengan teknologi informasi kesehatan sehingga manajemen obesitas yang meliputi pemantauan berat badan, pengaturan asupan makanan dan cairan serta terapi medis bisa dilakukan secara komprehensif.
Sistem informasi kesehatan dalam screening dan manajemen obesitas dimulai dengan pengisian grafik pertumbuhan sesuai berat badan yang akan dikonversikan dengan bodi mass index. Ketika anak dinyatakan obesitas maka system ini akan memberikan sinyal bahwa anak ini mengalami obesitas. Selanjutnya data hasil laboratorium akan diakses dan ringkasan hasil visite akan diprint sebagai dokumentasi. Semua data disimpan dalam bentuk electronic health records (EHRs). EHRs digunakan untuk mengakses informasi kesehatan terkait dengan klien. Kemudian klien diberikan penjelasan apa yang harus dilakukan terkait manajemen obesitas. Penjelasan itu bisa diklik pasien atau keluarga dari manapun untuk mengetahui pengaturan asupan makanan, cairan dan aktivitas (US Preventive Services Task Force. 2010). Data  lain yang dapat diakses adalah pemberian terapi, perkembangan berat badan, hasil konsultasi dengan dokter terkait terapi dan diet, bahkan saat itu klien dan keluarga dapat berkomunikasi terkait dengan permasalahan yang dialami klien. Selanjutnya pasien dapat mengakses penjelasan yang diberikan dan dapat diprint out. Data ini menjadi pedoman dalam terapi serta pemantauan obesitasnya.
Selain sebagai screening dan managemen obesitasnya, alat ini dapat mengakses konseling pasien terkait penanganan obesitasnya. Materi konseling dapat diakses pasien dan keluarga dari manapun juga dan dapat diprint out. Klien dapat bertanya dan menjawab pertanyaan yang diberikan oleh dokter anak terkait obesitas anaknya.



BAB III
PENUTUP

A.              KESIMPULAN
                        Obesitas pada anak adalah kondisi medis pada anak yang ditandai dengan barat badan di atas rata-rata dari Indeks Massa Tubuhnya (Body Mass Index) yang di atas normal. Indeks Massa Tubuh (IMT) dihitung dengan cara mengalikan berat badan anak kemudian dibagi dengan kuadrat dari besar tinggi anak. Jika seorang anak memiliki IMT di atas 25 kg/m2, maka anak tersebut menderita obesitas. Anak yang nafsu makannya lebih banyak ternyata tidak semua menjadi gemuk atau menjadi obesitas. System metabolism anak berbeda-beda, anak yang kecepatan metabolismenya lambat akan lebih berisiko menjadi obesitas. Factor-faktor obesitas di antaranya adalah Faktor genetic, makanan cepat saji dan makanan ringan dalam kemasan, minuman cepat saji, serta kurangnya aktivitas fisik.
               Prevalensi obesitas pada anak usia 6-17 tahun di Amerika Serikat dalam tiga dekade terakhir meningkat dari 7,6-10,8% menjadi 13-14%. Di Indonesia, prevalensi obesitas pada balita menurut SUSENAS menunjukkan peningkatan baik di perkotaan maupun perdesaan. Di perkotaan pada tahun 1989 didapatkan 4,6% lelaki dan 5,9% perempuan. Pada tahun 1992 didapatkan 6,3% lelaki dan 8% untuk perempuan. Prevalensi obesitas tahun 1995  di 27 propinsi adalah 4,6%.
      Ada banyak cara untuk mengendalikan kegemukan pada anak; Berilah susunan makanan yang sehat secara seimbang, berilah banyak buah dan sayuran setiap makan, upayakan banyak kesempatan beraktivitas fisik terutama di luar ruangan.
            Sistem skreening dan manajemen obesitas pada anak melalui metode komputerisasi sangat penting dilakukan untuk membantu orang tua dalam memantau pertumbuhan berat badan, asupan makanan dan cairan serta konseling. Orang tua menjadi faktor utama dalam pengaturan diet serta berperan sebagai konseling bagi anaknya sendiri. Berbagai permasalahan terkait obesitas bisa ditanyakan orang tua tanpa harus pergi ke klinik untuk konsultasi. Bahkan hasilnya dapat diprint out.


B.               SARAN
Obesitas yang dialami oleh anak tidak hanya menimbulkan masalah dalam segi kesehatan namun juga menjadi masalah psikis. oleh karena itu orang tua harus memiliki kesadaran untuk menkontrol pola makan ataupun gaya hidup anak mulai dari sejak dini, agar anak tidak mengalami gangguan secara psikisnya ataupun fisiknya pada saat dia tumbuh dewasa. Orang tua juga harus memiliki pengetahuan tentang gizi seimbang dengan baik.
Program screening dan manajemen obesitas pada anak melalui komputer sangat cocok diterapkan di Indonesia karena jumlah anak dengan obesitas di Indonesia sama tingginya dengan jumlah anak dengan gizi buruk. Penanganan obesitas bisa lebih cepat dilakukan, serta orang tua bisa mengakses materi konseling dan dapat diprint. Kelemahan system ini adalah terkait dengan pembayaran jasa konsultasi dan terapi, karena semuanya bisa diakses di manapun dan kapanpun tanpa harus datang ke klinik, puskesmas ataupun rumah sakit.




DAFTAR PUSTAKA

AN, 2010, Meningkat.Fenomena.Anak.Obesitas, diakses tanggal 24 Maret 2012  jam 14.00 WIB dari http://kesehatan.kompas.com/read/2010/05/25/10374224/

Barlow Se.  2007. Expert Committee Recommendations Regarding the Prevention, Assesment, and Treatment of Child and Adolescent overweight and Obesity: Summary Report. US: Pediatrics

IH. Nurul, 2009, Overweight/obesitas pada Anak, diakses tanggal 24 Maret 2012 jam 14.05 WIB dari http://www.sehatgroup.web.id/?p=198

Klein Jd. Sesselberg TS. Johnson MS. 2010. Adoption of body-mass index guidelines for Screening and Counselingin pediatric practice. US:Pediatrics.


Mc Donald. O”Brien. Mitchell.Simon.,2011. Health Information Technology to Guide Pediatric Obesity Management. USA: SAGE.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak: Gizi Obesitas, Jilid I.  Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal: 366-369

US Preventive Services Task Force. 2010. Screening for obesity in children and adolescent. US Preventive Services Task Force Recommendation statement.

-
thank you

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Next Previous Home
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...